International Women’s Day yang disingkat IWD, merupakan hari perayaan dalam skala global, yang merayakan pencapaian perempuan dalam hal ekonomi, sosial, budaya dan politik. Dengan adanya perayaan IWD ini sebagai bentuk untuk mewujudkan kesetaraan gender.
Hari perempuan internasional bermula dari gerakan buruh perempuan yang melakukan aksi untuk mengakhiri penindasan yang dialami oleh buruh, mereka menuntut terkait upah yang diberikan kepada buruh perempuan lebih sedikit dari laki-laki, jam kerja yang berlebihan serta mengenai hak suara dalam berpolitik.
Tahun 1776 ketika Amerika lepas dari Inggris dan adanya penyusunan Undang-Undang Dasar sendiri, Mercy Otis Warren dan Abigail Smith Adams menuntut supaya hak perempuan diakui pula dalam Undang-Undang dasar dengan menuntut agar perempuan ikut menjadi anggota parlemen, perempuan dibolehkan memasuki semua macam sekolah, sehingga undang-undang dasar yang disusun adalah demokratis antara laki-laki dan perempuan karena tuntutan ini perempuan mendapat akses pendidikan namun hak suara dan hak perwakilan belum didapatkan kemudian Aksi perempuan Amerika terdengar oleh benua lainnya sehingga mempengaruhi pergerakan perempuan di Perancis dan Inggris.
Pada 16 Oktober 1789, berkumpullah 80.000 orang wanita (dari kalangan buruh) di gedung Kota Paris mereka meminta raja untuk menandatangani “hak-hak manusia” serta menuntut raja di istana untuk diberi roti. Namun yang ditandatangani oleh raja tidak ada satu kalimat yang mengatur hak-hak perempuan. Salah satu perempuan yang bernama Olympe de Gouges merasa kecewa atas hak-hak manusia tersebut sehingga ia mengeluarkan manifest “Keterangan hak-hak Wanita”, dengan dikeluarkannya manifest ini, majalah, surat ataupun brosur tersebar luas yang berisi perjuangan.
Pada saat kondisi inilah para wanita dipersatukan oleh perserikatan, agar dapat memperkuat tuntutannya, sehingga Olympe mendirikan perserikatan politik wanita dan melakukan perorganisiran pergerakan wanita. Olympe yang pertama melakukan perorganisiran. Olympe di hukum mati karena dituduh anti revolusi, namun tahun 1793 perjuangan terus dijalankan. Namun seiring berjalannya waktu, kondisi perempuan saat itu dibubarkannya perserikatan wanita dan dilarangnya perempuan bergerombolan, jika bergombolan akan ditangkap dan dipenjara.
Tepat pada 8 Maret 1857 merupakan Awal sejarah dari International Women’s Day pada saat itu buruh perempuan di pabrik pakaian dan tekstil (garmen) di New York, Amerika. Mereka melakukan aksi protes terkait upah rendah. Aksi demonstrasi ini dikarenakan upah perempuan lebih rendah dari laki-laki. Namun dalam upaya aksi gerakan ini tidak ada tindakan yang lebih signifikan
Pada tanggal 8 Maret 1908, Setelah 50 tahun setelahnya terjadi kembali protes yang serupa sebanyak 15 ribu orang di New York melakukan pemogokkan dengan menuntut jam kerja yang lebih pendek, gaji yang lebih baik dan hak suara atau hak pemilih.
Pada 28 Februari 1909 peringatan International Women Day pertama kali, acara tersebut diinisiasi oleh partai Sosialis Amerika Serikat untuk memperingati hari demonstrasi yang dilakukan oleh pekerja buruh perempuan di New York pada 8 maret 1908 yang kala itu menuntut hak mereka untuk berpendapat dan berpolitik.
Pada 1910, diadakannya konferensi internasional II Wanita Pekerja, di Kopenhagen Jerman. Pertemuan ini bertujuan untuk membangun dukungan dari masyarakat dunia dan mengapresiasi segala gerakan yang memperjuangkan hak-hak perempuan. Pada saat konferensi seorang aktivis perempuan dari partai Sosialis Clara Zetkin mengusulkan adanya peringatan hari perempuan secara global setiap 8 Maret dalam konferensi tersebut dihadiri 100 perempuan dari 17 negara menyetujui saran dari Clara Zetkin.
Pada tahun 1911, IWD pertama kali dirayakan pada 19 Maret di empat negara ialah Austria, Denmark, Jerman dan Swiss. Tahun ini juga terjadi pembakaran (Triangle Fire) di Triangle Shirtwaist Company, di New York saat pembakaran terdapat 140 pekerja perempuan yang menjadi korban dalam pembakaran tersebut. Terjadinya pembakaran ini menjadi sorotan terkait kondisi buruh perempuan.
Pada tahun 1913-1914 Terjadinya Perang Dunia, hal ini menjadi perubahan yang besar untuk perempuan. Perubahannya adalah laki-laki memegang senjata sedangkan perempuan menggantikan posisi laki-laki sebagai buruh di pabrik-pabrik.
Pada 1917 terjadi demonstrasi “Roti dan Bunga”, aksi ini bertujuan untuk mengakhiri kelaparan dan peperangan yang terjadi di negara mereka, adanya demonstrasi ini juga sebagai respon tewasnya 2 juta tentara Rusia, aksi ini di tentang oleh pemimpin politik Rusia tetapi demonstrasi terus terjadi. Sehingga 4 hari setelahnya Tzhar Nicholas II turun tahta dan mengundurkan diri. Sehingga pemerintahan memberikan hak politik kepada perempuan. Pada saat demonstrasi bertepatan pada tanggal 23 Februari (Kalender Julian) dan 8 Maret (Kalender Gregorian). Pada tahun 1975 PBB menetapkan Tanggal 8 Maret sebagai International Women’s Day.
Menilik perjuangan dari perempuan dalam menyuarakan keadilan tentunya terdapat spirit yang dapat diambil dari peristiwa yang melatar belakangi adanya Hari Perempuan Internasional. International Women’s Day menjadi masa untuk mengenang keberanian perempuan dalam mengambil langkah dan membuat perubahan, kini International Women’s Day juga menjadi momen yang tepat untuk melakukan refleksi diri terhadap apa saja yang sudah kita dapat dalam mencapai kesetaraan.
International Women’s Day ini ada sebagai pengingat bagi masyarakat jika sampai saat ini masih banyak isu-isu perempuan yang belum teratasi. Mulai dari kekerasan terhadap perempuan, pelecehan seksual, kesenjangan gaji antara laki-laki dan perempuan, pernikahan anak, sulitnya perempuan untuk menduduki posisi top level, hingga masalah kesehatan reproduksi.
Isu-isu tersebut hanyalah sebagian dari beragam isu lainnya yang hingga saat ini masih dirasakan oleh perempuan diberbagai belahan dunia. Oleh karena itu, untuk membantu mengatasinya, penting bagi kita untuk melakukan aksi yang berpotensi mendorong kemajuan sesama perempuan. agar perempuan bisa didengar dan memperoleh hak-haknya dibutuhkan usaha dan kekuatan yang besar dari seluruh lapisan masyarakat di dunia. Salah satu caranya adalah dengan mendukung dan merayakan semua kegiatan yang memiliki misi penting bagi perempuan, termasuk International Women’s Day.
Dewi Ferawati Sekretaris Bidang Immawati Komisariat Renaissance FISIP UMM Mahasiswa Kesejahteraan Sosial Universitas Muhammadiyah Malang