preloader
IMM Renaissance FISIP UMM
Jl. Mulyojoyo, Dusun Jetak Lor, RT 01/RW 01, Desa Mulyoagung, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang
Kontak
Email: immfisip.umm@gmail.com
Telepon: +62 831-3005-2439

Mari Sejenak Merefleksikan Hari Ibu

 

Foto by Wikipedia, diolah kembali oleh Mirza Bareza

Oleh: Imm.i Widiatus Sholikah*

Menjadi seorang ibu menurut sebagian besar orang Indonesia merupakan hal yang di idam-idamkan oleh perempuan. Dalam beberapa kelompok beranggapan menjadi ibu tanpa suami lebih masuk akal dibandingkan menjadi istri tanpa memiliki anak,  karena anak-anak adalah jaminan bagi masa depan. Contoh saja kartini, sekalipun dia menolak untuk menikah akan tetapi dia tetap mengharap untuk mempunyai anak, dan hari kelahirannya dirayakan sebagai hari kartini yang selalu dipanggil ibu kartini.

Hanya sekali dalam sejarah Indonesia modern, perempuan menyatakan pendirian politik untuk menutut kebutuhan-kebutuhan kaum ibu terkhusus dalam aspek kebutuhan kesehatan. Pada akhir abad 20-an negara mulai menanggapi tingginya angka kematian ibu di Indonesia dan beberapa kelompok perempuan menanggapi seruan internasional tentang hak-hak kesehatan reproduktif.

Pada abad milenial ini-terkhusus di Indonesia. Hari ibu identik dengan pengucapan rasa sayang anak kepada ibunya baik lewat media sosial maupun secara langsung, memberikan hadiah atau membebas tugaskan ibunya dalam urusan domestik seperti membantu ibunya didapur dalam satu hari misalnya, tetapi selain itu tahukah kamu kenapa ada hari ibu di Indonesia? Apa yang melatar belakangi adanya hari ibu? Kejadian seperti apa sehingga hari ibu jatuh pada tanggal 22 desember? Sejak kapan adanya pergeseran makna terkait hari ibu?

Perlu kalian ketahui, sejarah terkait penamaan hari ibu ditetapkan sejak kongres perempuan indonesia ketiga di Bandung pada tanggal 23-27 juli 1938. Berbicara terkait kongres ketiga maka tidak terlepas dari sejarah kongres-kongres sebelumnya pun spirit apa yang melatar belakangi adanya kongres perempuan pada kala itu.

Hal yang melatar belakangi adanya kongres perempuan Indonesia bermula dari lahirnya sumpah pemuda pada tanggal 28 oktober 1928 (2 bulan sebelum kongres perempuan indonesia), dengan adanya kongres pemuda yang melahirkan sumpah pemuda pada tahun yang sama dijadikan sebagai tonggak awal spirit dari kongres perempuan Indonesia.

Selain itu banyaknya organisasi-organisasi perempuan yang sudah berdiri sejak lahirnya organisasi perempuan pertama tahun 1912 yaitu Poetri Mardika lalu disusul dengan organisasi perempuan lainnya seperti Aisyiyah, wanita oetomo dsb. Organisasi-Organisasi perempuan yang berdiri kala itu masih berjalan kedaerahan atau sendiri-sendiri (anggotanya didominasi oleh perempuan kelas menengah keatas) adanya kongres membawa perubahan yang berarti sebab dijadikan sebagai wadah pemersatu organisasi-organisasi perempuan di Indonesia.

Kongres perempuan indonesia diprakarsai oleh Ny. Soekonto seorang guru dari sekolah belanda untuk pribumi (wanito oetomo), Ny. Hadjar Dewantara (wanita taman siswa), Nn. Sujatin (putri Indonesia) dan terdapat 7 Organisasi yang menginisiasi diantaranya:

  1. Wanita utomo (24 april 1921)
  2. Wanita taman siswa (3 juli 1922)
  3. Putri Indonesia (10 maret 1927)
  4. Aisyiyah (22 april 1917)
  5. Jong Islamiten Bond (1925)
  6. Wanito katolik (26 juni 1924)
  7. Jong java (1924)

Tujuan diadakannya kongres perempuan indonesia bukan untuk menyaingi laki-laki akan tetapi sudah ada kesadaran untuk bekerjasama dengan pemuda indonesia karena selain untuk memersatukan perkumpulan perempuan demi memajukan perempuan juga sudah ada kesadaran Nasionalis untuk kemerdekaan indonesia itu sendiri. Yang menjadi spirit dari kongres perempuan indonesia adalah bahwa kongres perempuan ini dijadikan sebagai tonggak awal bersatunya organisasi-organisasi perempuan indonesia.

KONGRES PEREMPUAN INDONESIA PERTAMA

Kongres perempuan Indonesia pertama dilaksanakan pada tanggal 22-25 Desember 1928 di Yogyakarta yang diikuti oleh 30 Organisasi di seluruh daerah, pada kongres ini inti dari keputusannya adalah tentang pendidikan dan pernikahan.

Dua issu tersebut dilihat dari kondisi sosial kaum perempuan pada kala itu yang tidak menguntungkan atau bahkan termarginalisasi, dibidang pendidikan dimana perempuan hanya boleh mendapatkan pendidikan didalam rumah tidak diperkenankan belajar di luar rumahnya karena dianggap perempuan tidak perlu pintar sebab seberapapun jauhnya perempuan menempuh pendidikan tetap akan menjadi ibu rumah tangga yang hanya bergerak di wilayah domestik saja maka dari itu perempuan banyak yang di nikahkan muda, dan dengan paksaan jika si perempuan keberatan selain itu tidak adanya peraturan yang jelas terkait pernikahan sehingga terkadang diceraikan secara sepihak dan menjanda.

Kondisi seperti itulah yang memantik organisasi-organisasi yang tergabung di kongres perempuan mengambil keputusan diantaranya:

  1. Mendirikan badan federasi bernama Perikatan Perkumpulan Perempuan Indonesia (PPPI)
  2. Menerbitkan surat kabar
  3. Mendirikan study fondation (bernama “seri derma-pada kongres PPII pertama” tujuannya untuk menolong gadis-gadis yang tidak mampu dengan diberikannya berasiswa bagi mereka yang memiliki keterampilan dan kemauan untuk belajar)
  4. Mencegah pernikahan dini / perkawinan anak-anak.
  5. Memperkuat pendidikan kepanduan puteri (terkait keterampilan agar mandiri)
  6. Mengirimkan 3 mosi kpd pemerintahan kolonial terkait:
  • Memperbanyak jumlah sekolah untuk anak-anak perempuan
  • Mengadakan Fonds (lembaga) bagi janda dan anak-anak
  • Untuk tidak mencabut tunjangan bagi pensiun (pegawai negeri)
  1. Mengirimkan mosi kepada raad agama agar tiap talak dikuatkan secara tertulis dengan speraturan agama (“uu perkawinan”terkait surat nikah).

Perikatan perkumpulan perempuan indonesia (PPPI) dibentuk pada tanggal 25 desember 1928 (hari terakhir kongres perempuan) dibentuknya PPPI ini selain bertujuan untuk menyatukan organisasi-organisasi yang terkumpul di kongres perempuan juga untuk mengeksekusi hasil dan mengevaluasi keputusan-keputusan dari kongres perempuan indonesia untuk diperbaiki dengan tetap membawa terkait 2 issu yaitu pendidikan dan pernikahan, kongres PPPI/PPII sudah berlangsung 4 kali. Adapun pada tahun 1929 PPPI (Perikatan Perkumpulan Perempuan Indonesia) diganti nama menjadi PPII (Perikatan Perkumpulan Isteri Indonesia).

KONGRES PEREMPUAN INDONESIA KEDUA

Kongres perempuan indonesia kedua dilaksanakan di Jakarta pada tanggal 20-24 juli 1935 yang diketuai oleh Ny. Sri Mangkusarkora yang dibantu oleh Ny. Soeparto. Salah satu yang melatarbelakangi adanya kongres perempuan indonesia kedua yaitu banyaknya organisasi-organisasi perempuan yang berdiri dan belum tergabung di PPII sehingga kongres perempuan indonesia kedua dirasa perlu digelar untuk mengikat dan mempererat persaudaraan perempuan dan memperbaiki nasib perempuan indonesia dan rakyat secara umum.

Hal ini di dasari oleh 4 faktor yaitu; (1) kenasionalan; kesadaran untuk saling bahu-membahu demi keluar dari penjajahan bangsa kolonial belanda kala itu (2) kesosialan; dalam aspek pendidikan perlu untuk perempuan dalam strategi mencerdaskan anak bangsa, (3) kenetralan; organisasi-organisasi yang tergabung didalam kongres perempuan tidak dibatasi dari golongan atau ras atau ideologi manapun, semuanya berkumpul menjadi satu untuk menyatukan pemikiran dan tujuan, (4) keperempuanan; untuk memajukan perempuan itu sendiri.

Seiring banyaknya organisasi-organisasi perempuan yang bergabung juga memperbanyak issu-issu perempuan seperti banyaknya masalah terkait buruh perempuan yang dibayar lebih murah dibanding buruh laki-laki dengan porsi waktu kerja yang sama selain issu-issu buruh perempuan yang diperlakukan tidak adil juga terkait banyaknya perempuan yang buta huruf apalagi seorang ibu yang pada hakekatnya menjadi madrasah pertama bagi anak-anaknya hal ini menjadi penting dibahas untuk tindak lanjut dalam memajukan perempuan.

Adapun pada kongres perempuan indonesia kedua keputusannya adalah:

  1. Penamaan organisasi menjadi kongres perempuan indonesia– sebab pergantian nama dikarenakan banyak organisasi-organisasi perempuan yang belum bergabung di PPII sehingga harapannya didalam kongres perempuan indonesia untuk mempersatukan pemikiran-pemikiran kaum wanita indonesia kala itu. Dengan begitu PPII dibubarkan pada bulan september 1935. Pada kongres sudah jelas struktural organisasi dan sudah ada kesepakatan pelaksanaan setiap kongres dilaksanakan 3 tahun sekali.
  2. Mengusahakan perbaikan nasib wanita Indonesia.
  • Dibentuknya BPPPI (badan penyelidikan perburuhan perempuan indonesia)
  • Juga menyelidiki tentang kedudukan wanita dalam hukum islam dan menyokong badan penyelidikan talak dan nikah oleh pasundan isteri.
  1. Penamaan akan pendidikan nasional yang disebut “ibu bangsa”
  2. Untuk pemberantasan buta huruf, (dengan membentuk Biro pendaftaran yang bertugas untuk menetapkan target yang harus dicapai dalam jangka waktu tertentu)

    KONGRES PEREMPUAN INDONESIA KETIGA

Kongres perempuan indonesia ketiga dilaksanakan di Bandung pada tanggal 23-27 juli 1937  yang dipimpin oleh Ny. Emma Puradiredja. Kongres ini bertujuan untuk mempererat persaudaraan perempuan Indonesia dan memperbaiki nasib perempuan indonesia dan rakyat secara umum.  Dasar kongres ini adalah kebangsaan, kesosialan, sikap harga menghargai,  keperempuanan. Pada kongres ini sudah melebar ke semua aspek termasuk ekonomi dan politik, sudah terbuka dalam aksi massa, dan juga mengadakan komunikasi pada organisasi wanita diluar indonesia. Adapun keputusan-keputusan pada kongres perempuan indonesia ketiga terdapat 25 keputusan, diantaranya:

  1. Hak pilih bagi wanita (Pada tahun 1938 pemerintahan belanda telah memberikan hak bagi kaum perempuan untuk dipilih)
  2. Penetapan hari ibu pada tanggal 22 Desember
  3. Pemberantasan tuna susila dengan ikut serta dalam organisasi P4A (perkumpulan pemberantasan perdagangan perempuan dan anak-anak)

Dan ada beberapa keputusan-keputusan yang lain.

KONGRES PEREMPUAN INDONESIA KE-EMPAT

Kongres perempuan indonesia keempat diadakan di Semarang pada tanggal 25-28 Juli 1941 yang dipimpin oleh Ny. Sunaryo Mangunpuspito. Kongres ini bertujuan untuk mempererat persaudaraan perempuan Indonesia dan memperbaiki nasib perempuan indonesia dan rakyat secara umum.  Dasar kongres ibi adalah kebangsaan, kesosialan, sikap harga menghargai,  keperempuanan. Adapaun keputusn-keputusan pada kongres perempuan indonesia keempat terdapat 9 keputusan diantaranya:

  1. Mengusulkan agar bahasa indonesia dimasukkan sebagai mata pelajaran tetap pada sekolah menengah
  2. Hak untuk memilihKongres perempuan indonesia kelima akan diadakan di surabaya pada tahun 1942 yang dipimpin oleh Ny. Suderman akan tetapi tidak jadi dilangsungkan lantaran pada tahun 1942 tentara jepang telah menduduki hindia belanda. Dan ruang gerak organisasi-organisasi indonesia dibatasi oleh pemerintah jepang atau bahkan dilarang dan dibentuklah organisasi buatan jepang yang diawasi juga oleh jepang seperti fuujinkai, jawa hokokai (himpunan kebaktian rakyat jawa), gerakan istri 3 A, dsb.

Hari ibu diresmikan oleh presiden sukarno sebagai hari nasional indonesia pada dekrit presiden nomer 316 tahun 1953. Ultah ke 25 kongres perempuan indonesia. Latar belakangnya sebagai wujud protes dengan adanya penetapan hari kartini pada tanggal 21 april. Diadakannya hari ibu untuk meningkatkan semangat wanita indonesia dan untuk meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara. Penetapan hari ibu yang jatuh pada tanggal 22 desember dikarenakan adanya kongres perempuan indonesia yang pertama dimana kongres tersebut menjadi spirit bersatunya pergerakan-pergerakan perempuan diindonesia, selain itu penamaan hari ibu-bukan hari perempuan- dengan alasan ibu adalah perempuan yang melahirkan dan awal mendidik generas-generasi penerus bangsa sehingga kata ibu yang dipakai bukan kata perempuan.

Dinegara-negara lain seperti Inggris, Amerika dsb juga terdapa hari ibu yang biasa disebut Internasional mother’s day yang jatuh pada tanggal 13 mei atau dua minggu di bulan mei, akan tetapi perlu diketahui hari ibu pada masing-masing negara berbeda-beda juga spirit dan pemaknaannya.

Maka dalam tulisan ini harapannya seluruh rakyat indonesia paham akan sejarah pemaknaanya dan tidak menyalah tafsiran hari ibu sebab untuk menyayangi ibu tidak harus menunggu tanggal 22 Desember 2017 setiap hari dapat kita lakukan dengan cara mendoakan dan terus berbakti kepada beliau. Dan buat para ayah ngomong-ngomong hari ayah juga ada.

Immawati Widiatus Sholikah ialah Staff Bidang Immawati periode 2017-218. Ia gemar membaca buku-buku terkait gender.

Author avatar
IMM Renaissance

1 comment

  1. great website, keep on writing..

Post a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *