preloader
IMM Renaissance FISIP UMM
Jl. Mulyojoyo, Dusun Jetak Lor, RT 01/RW 01, Desa Mulyoagung, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang
Kontak
Email: immfisip.umm@gmail.com
Telepon: +62 831-3005-2439

Lika-Liku Lahirnya Sang Anak Merah, Sejarah Kelahiran IMM

Kelahiran sang anak merah Muhammadiyah tidak selalu semulus jalan raya, faktanya dalam kelahiran nya sering kali mengalami dinamika-dinamika. Ada yang beranggapan lahirnya sang anak merah ditandai bubar nya anak hijau atau HMI. Padahal nyatanya Anak Merah terlahir sebagai keniscayaan dari tujuan Muhammadiyah itu sendiri. Beserta atas keinginan anggota-anggota nya.

Sang Anak Merah atau bisa disebut IMM ‘Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah’ merupakan organisasi otonomimm  Muhammadiyah. Yang bergerak pada tiga aspek yaitu kemasyarakatan, keagamaan, dan kemahasiswaan. IMM berdiri pada tanggal 14 Maret 1964. Banyak yang mempertanyakan dan meragukan atas kelahirannya. Pertanyaan yang selalu dilontarkan oleh organisasi lain terhadap IMM “Apakah kelahiran IMM akibat mau dibubarkannya HMI?” statement tersebut menandakan bahwa IMM adalah organisasi pengganti dari HMI padahal secara struktur dan ideologi sangatlah berbeda. Jika kita membaca kaki sejarah dengan saksama, kita dapat mengetahui realita sejarahnya seperti apa.

Di dalam artikel ini penulis ingin menjelaskan fakta yang terjadi mengenai sejarah kelahiran Sang Anak Merah atau IMM. Semula kita kembali melihat di tahun 1912 dimana kelahiran Muhammadiyah. Organisasi Muhammadiyah memiliki maksud dan tujuan yaitu Menjunjung Tinggi Agama Islam Sehingga Terwujudnya Masyarakat Islam yang Sebenar-Benarnya. Di dalam lingkup masyarakat Islam memiliki banyak sekali elemen atau kalangan, seperti kalangan bapak-bapak, ibu-ibu, pemuda Pemudi, dan masih banyak lagi.

Semua kalangan tersebut merupakan sasaran dakwah Muhammadiyah. Sangat mustahil jika tujuan Muhammadiyah diusahakan hanya oleh Muhammadiyah itu sendiri. Maka dari itu Muhammadiyah membutuhkan wadah lain untuk mewujudkan maksud dan tujuan nya. Tidak heran Organisasi Muhammadiyah mempunyai banyak sekali organisasi otonom. Seperti HW, PM, IPM, NA, IMM, dan Tapak Suci. Masing-masing organisasi otonom tersebut mempunyai lahan dakwah nya sendiri. .

Adapun faktor internal dan eksternal yang menjadi awal kelahiran IMM. Faktor internal yang terjadi pada internal Muhammadiyah itu sendiri. Sedangkan faktor eksternal yang terjadi pada situasi dan kondisi di Indonesia. Pertama penulis akan menjelaskan pada aspek internalnya terlebih dahulu.

Faktor Internal. Semua berawal sejak tahun 1920 adanya gagasan awal untuk mendirikan PTM (Perguruan Tinggi Muhammadiyah) yang dipelopori KH. Hisyam yang merupakan ketua Bagian Sekolahan Muhammadiyah. KH. Hisjam mempelopori gagasan tersebut di forum rapat anggota Muhammadiyah. Alasan mengadakan PTM KH. Hisjam sendiri menginginkan adanya perluasan dakwah pada aspek pendidikan.

Kondisi pada tahun 1920 memang tidak begitu banyak pendidikan tinggi. Dari jumlah massa hanya kalangan kelas atas atau kelas priyayi yang diizinkan untuk menempuh pendidikan tinggi oleh Pemerintahan Belanda. Beruntungnya ada beberapa golongan priyayi yang menjadi anggota Muhammadiyah. Maka dari itu ambisi KH. Hisjam ingin mengadakan adanya perguruan tinggi Muhammadiyah. Sayangnya gagasan tersebut tidak berhasil direalisasikan. Namun perjuangan KH.Hisyam tak gentar. Pada tahun 1936 gagasan tersebut dibawa kembali pada forum Muktamar Muhammadiyah ke-25 di Betawi, Jakarta.

Pada saat itu KH. Hisjam menjadi ketua pusat Muhammadiyah (periode 1934-1937). Naas sekali lagi gagasan mendirikan PTM gagalkan kembali. Sebenarnya banyak yang mendukung gagasan pendirian PTM yang pertama, demi mencapai tujuan Muhammadiyah dalam artian dengan adanya PTM dapat menunjang serta menciptakan lingkungan dakwah dikalangan mahasiswa. Kedua, adanya desakan dari keluarga Muhammadiyah dan Pemuda Muhammadiyah. Kalangan keluarga Muhammadiyah banyak anaknya yang akan melanjutkan pendidikannya atau mau berkuliah. Sedangkan dari kalangan Pemuda Muhammadiyah rata-rata anggotanya merupakan mahasiswa jadi sangat efektif jika Muhammadiyah mendirikan perguruan tinggi. Ketiga, minimnya perguruan tinggi di Indonesia.

Penolakan gagasan tersebut dikarenakan jumlah siswa belum begitu banyak, cukup di PM dan NA sebagai wadah untuk menampung mahasiswa yang  sehaluan dengan Muhammadiyah. Lalu adanya desakan kemerdekaan yang dimana seluruh komponen masyarakat di Indonesia sedang fokus berjuang melawan penjajah. Pada tahun 1950 pada forum Muktamar Muhammadiyah ke-31 di Yogyakarta. Nafas cita-cita pendirian PTM dihembuskan kembali. Nafas tersebut terhenti lagi.

Karena banyak mahasiswa Muhammadiyah yang sudah berkecimpung di PM untuk mahasiswa dan NA untuk mahasiswa. Pada tahun tersebut sudah ada organisasi mahasiswa yang sehaluan dengan Muhammadiyah yaitu HMI didirikan oleh Lafrane Pane yang berasal dari keluarga Muhammadiyah. Di samping itu, ada relasi yang tidak kentara antara Muhammadiyah dengan HMI (Himpunan Mahasiswa Islam).

Hubungan HMI dan Muhammadiyah dapat dilihat dalam perjalanan kedua organisasi tersebut. Sewaktu Lafrane Pane mau menjajaki pendirian HMI, dia bertukar pikiran dengan Prof. Abdul Kahar Mudzaki yang merupakan tokoh Muhammadiyah pusat dan beliau sangat setuju. Bila praduga ini benar terjadi, maka benar pula asumsi “bila Muhammadiyah pada waktu itu tidak perlu menghimpun atau membina langsung sebab sudah ada HMI, artinya pengkaderan itu bisa dititipkan pada HMI”. Jalan pikiran tersebut yang menjadi penghalang berdirinya IMM.

Meskipun HMI bukan didirikan oleh Muhammadiyah kita tidak boleh menegasikan bahwa yang mendirikan bahkan sampai membesarkan HMI adalah kader-kader Muhammadiyah itu sendiri. Menurut Djarnawi Hadikusumo, memang banyak putra-putri keluarga besar Muhammadiyah yang merupakan aktivis dari HMI. Sehingga sering setiap ada kegiatan HMI selalu melibatkan Muhammadiyah baik itu secara dana sumbangan maupun secara kelembagaan.

Karena praktek tersebut wajarlah menjelang lahirnya IMM, terjadi perdebatan yang panjang di lingkungan anggota PP Pemuda Muhammadiyah antara aktivis HMI untuk menolak kelahiran IMM, dengan alasan karena mereka cukup diwadahi di dalam kegiatan Pemuda Muhammadiyah dengan Departemen Kemahasiswaan atau bisa terlibat di HMI. Sementara yang tidak aktif di HMI mengharapkan segera terwujudnya wadah tersendiri di lingkungan mahasiswa Muhammadiyah.

Pada tahun 1953 terjadi Muktamar Muhammadiyah ke-32 di Purwokerto dengan tema ‘Mendidik Kader-Kader Muhammadiyah Tingkat atas dan Menengah untuk Mencukupi Hajat dan Sebagai Bibit yang Menghasilkan dan Membuahkan Hasil’. Tema seperti itu memfokuskan pandangan Muhammadiyah mengenai pembentukan kader terkhusus di lingkungan mahasiswa dan perguruan tinggi.

Dari pembahasan Muktamar kemarin akhirnya Muhammadiyah mendirikan PTM pertama di Padang Panjang Sumatera Barat. Perguruan Tinggi Muhammadiyah tersebut tidak berlangsung lama dalam artian mengalami kondisi vakum yang diakibatkan peristiwa pemberontakan PRRI (Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia). PP Pemuda Muhammadiyah merespon peristiwa tersebut dengan membentuk Departemen Pelajar dan Mahasiswa Muhammadiyah, berfungsi untuk menampung aspirasi mahasiswa Muhammadiyah yang menjadi embrio awal pendirian IMM.

Selanjutnya di tahun 1956 pada Muktamar Muhammadiyah ke-33 di Palembang. PP Muhammadiyah membentuk Badan Pendidikan Kader. Lembaga pengkaderan bagi para anggota mudanya. Kedua, Muhammadiyah pada tahun ini telah bertekad untuk kembali pada identitasnya sebagai gerakan amar ma’ruf nahi munkar. BPK sendiri diberi tugas menyelenggarakan pengajian bagi para mahasiswa sedangkan penyelenggaraannya diserahkan kepada Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah yang dimulai pada bulan Juli 1958 di gedung PP Muhammadiyah Yogyakarta.

Dalam pengajian tersebut, animo mahasiswa pelajar yang mengikuti kegiatan tersebut begitu banyak. Dari sini tampak betapa banyak mahasiswa di kalangan Muhammadiyah yang memang tak tertampung baik di Pemuda Muhammadiyah dan di Nasyiatul Aisyiyah yang waktu itu dianggap cukup mampu mewadahi pemuda sekaligus pelajar-mahasiswa.

Bertepatan dengan Muktamar Muhammadiyah ke-33, PP Pemuda Muhammadiyah juga menyelenggarakan Muktamar yang pertama. Forum tersebut membahas langkah ke depan yaitu menghimpun mahasiswa yang belum bergabung dengan Pemuda Muhammadiyah dan penerus perjuangan Muhammadiyah. Sebagai langkah responsif, maka diadakan Konferensi Pimpinan Daerah (KONPIDA) se Indonesia Pemuda Muhammadiyah di Surakarta.

Adanya perkembangan PTM dan PTN di tahun 1958. Seperti PTPG di Jakarta yang berubah nama menjadi  IKIP Jakarta dan berubah nama kembali menjadi UMJ. Selanjutnya ada IKIP di Surakarta yang berubah nama menjadi UNS, Akademi Tabligh Muhammadiyah di Yogyakarta, dan FIS di Jakarta.

Pada Tahun 1959 diselenggarakan Muktamar Muhammadiyah ke-34 di Yogyakarta. Di kondisi tersebut memang sudah banyak PTM tetapi gagasan dibentuknya wadah khusus mahasiswa masih belum terealisasikan karena dirasa HMI masih bisa menampung mahasiswa Muhammadiyah.

Bentuk keberlanjutan KONPIDA PM di Surakarta lahirlah Ikatan Pelajar Muhammadiyah yaitu pada tahun 1961. Karena perkembangan PTM dan PTN begitu pesat membuat ambisi untuk membentuk wadah organisasi mahasiswa Muhammadiyah begitu kuat. termanifestasikan dengan dibentuknya study group yang khusus mahasiswa yang berasal dari Malang, Yogyakarta, Bandung, Surabaya, Ujung Padang, dan Jakarta.

Meskipun sudah terdapat study group yang mewadahi para mahasiswa Muhammadiyah. Tetapi secara de jure masih belum dapat diwujudkan atas alasan masih belum membutuhkan wadah organisasi mahasiswa Muhammadiyah. Bahkan dengan alasan yang baru yakni untuk mahasiswa Muhammadiyah yang kurang berminat dalam struktur Pemuda Muhammadiyah diperbolehkan bergabung dalam kepemimpinan atau keanggotaan Ikatan Pelajar Muhammadiyah.

Baru pada akhir tahun 1961 menjelang Muktamar Muhammadiyah setengah abad di Jakarta, setelah mengadakan kongres mahasiswa Muhammadiyah di Yogyakarta yang diinisiasi oleh study group. Dihembuskan sekuat tenaga tentang perlunya didirikan suatu organisasi mahasiswa Muhammadiyah. Dengan semakin santernya kemauan dari kalangan mahasiswa Universitas Muhammadiyah serta putera-putera Muhammadiyah dari perguruan tinggi lainnya, maka pendirian wadah mahasiswa Muhammadiyah sudah tidak tertahankan lagi dan memang tidak dapat ditahan hingga tidak dapat ditunda lagi.

Meninjau hasil kongres mahasiswa Muhammadiyah meminta dilepaskannya Departemen Kemahasiswaan dari Pemuda Muhammadiyah dan berdiri sendiri. Selanjutnya pada 15 Desember 1963. Atas ide Drs. Moh. Djazman Al Kindi yang sedang menjabat Sekretaris PP. Pemuda Muhammadiyah. Dan dikoordinir oleh Margono, Sudbjo Markoes, Rasyad Shaleh, dan lain-lain. Dibentuklah Lembaga Dakwah Kampus yang lahir di Yogyakarta inilah yang menjadi embrio akhir lahirnya IMM.

Akhirnya tiga bulan setelah penjajahan yang dilakukan Djazman Al Kindi tersebut telah menatap optimis akan kelahiran wadah mahasiswa Muhammadiyah yang dimotori oleh orang-orang lembaga dakwah. Kemudian pada tanggal 14 Maret 1964 dilakukanlah Konvernas 1 dengan pembahasan usulan nama organisasi IMM oleh Djazman Al Kindi, 6 penegasan IMM, tujuan IMM, terciptanya formatur yang ditunjuk oleh PP Muhammadiyah dengan Djazman menjadi ketua formatur.

Ending nya IMM terlahir dengan pengesahan berada di gedung dwi sata warsa Yogyakarta dan diresmikan oleh Farid Ma’ruf sebagai wakil ketua PP Muhammadiyah. Berdirinya IMM masih dalam skala lokal yaitu berada di Yogyakarta. Namun tak berapa lama disusul oleh kota-kota lain seperti Jakarta, Bandung, dan Solo. Lalu pada tanggal 11-13 Desember 1964 IMM lokal Yogyakarta yang menjadi perintis dan pelopor mengadakan pra Munas atau Munas Pendahuluan yang dihadiri oleh lima Cabang IMM yaitu Yogya, Jakarta, Jember, Solo, dan Bandung yang membahas tentang pembacaan kembali 6 penegasan, AD/ART, Lambang, Rancangan Kerja, Arah Gerak, Bentuk Kegiatan, Pembentukan DPPS (Dewan Pimpinan Pusat Sementara) yang diketuai oleh Djazman Al Kindi dan Sekertaris A.Rasyed Saleh.

Pada 16 Februari 1965 IMM lokal Yogyakarta melakukan audiensi dengan presiden Soekarno di Istana Negara. Saya beri restu kepada Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah ucap Soekarno. Sekaligus pada saat itu Soekarno memberikan bantuan dana untuk persiapan Munas Pertama IMM di Solo. Lalu pada tanggal 1-5 Mei 1965 dilakukan Munas 1 di Solo atau disebut dengan DEKOBAR (Deklarasi Kota Barat). Inti pembahasannya pembacaan kembali 6 penegasan, pembentukan DPP (Dewan Pimpinan Pusat).

Berdirinya IMM menyebabkan beberapa mahasiswa Muhammadiyah yang berada di HMI berpindah haluan ke IMM. Mengingat kedekatan HMI dengan Muhammadiyah sangat dekat dan kelahiran IMM ditengah HMI sedang mengalami tekanan pembubaran dari PKI menimbulkan beberapa kerancuan spekulasi. Seperti IMM lahir dikarenakan adanya kecelakaan sejarah karena adanya pembubaran HMI, dan adanya superioritas sebagian kalangan yang masih meributkan tentang lahirnya IMM dan keterkaitan Pemuda Muhammadiyah dalam membidani lahirnya IMM.

Hal ini dijelaskan oleh Djarnami Hadikusumo, dalam wawancaranya, Djarnawi mengatakan bahwa spekulasi tersebut tidaklah benar adanya. Kelahiran IMM disebabkan oleh Muhammadiyah telah lama berkeinginan untuk menghimpun mahasiswa Muhammadiyah jauh sebelum HMI mau dibubarkan, bahkan wujud bentuk organisasi mahasiswa Muhammadiyah sudah diawali tahun 1960.

Farid Fathoni AF. menegaskan “Bahwa kelahiran IMM merupakan kebutuhan Muhammadiyah untuk memenuhi cita-citanya yang menuntut waktu dan zamannya, kelahiran IMM bagi Muhammadiyah sudah saatnya menjadi keharusan sejarah”

“Kelahiran Ikatan Mahasiswa Muhammadiya bukanlah cadangan untuk rencana pembubaran HMI. Setahu saya, motivasi yang paling pokok kehadiran IMM untuk menciptakan kader sejati. Jadi, tantangan yang dihadapi Muhammadiyah kedepan semakin kompleks dan melihat dibutuhkannya para kader dari kalangan intelektual. Oleh karena itu, dirasa ada organisasi yang bisa membina dan membimbing para mahasiswa untuk menjadi kader Muhammadiyah. Disamping pada waktu itu, para mahasiswa dan anak muda Muhammadiyah prihatin tentang kehidupan keberagamaan dunia mahasiswa”. Ucap Drs. H. A. Rosyad Sholeh.

Maka dari itu gerakan yang dilakukan oleh IMM sangatlah berbeda dengan gerakan yang dilakukan oleh ortom-ortom lainnya. Perbedaan kentara ini dilihat dari nilai yang dimiliki serta kontekstualisasi terhadap nilai itu. Gerakan yang IMM lakukan merupakan gerakan keilmuan yang bersifat jangka panjang bukan gerakan sesaat atau politis dengan mencari momentum jangka pendek. 

 

Penulius : Sufyaan Zaidaan Farros (sekretaris bidang kader periode 2023/2024)

Author avatar
IMM Renaissance