Sejak akhir Mei hingga awal Juni 2018, Pimpinan Komisariat (PK) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Renaissance FISIP UMM tampak sibuk mengadakan agenda besar musyawarah tingkat tinggi komisariat, Musykom (Musyawarah Komisariat). Lalu-lalang kader, panitia pemilihan (panlih) hingga para ketua bidang, dan bidang umum yang beberapa saat kemudian purna tugas sebagai badan pimpinan harian.
Setelah dua minggu proses Musykom, tiba saatnya IMM Renaissance memilih ketua umum baru. Dipanggillah satu persatu nama calon ketua umum untuk menyampaikan visi-misi dan menjawab pertanyaan musyawirin (sebutan bagi peserta Musykom). Tampak para calon menjawab pertanyaan demi pertanyaan untuk meyakinkan kader-kader. Forum tersebut kemudian, menghasilkan Rio Andhika sebagai Ketua Formatur yang sekaligus Ketua Umum baru IMM Renaissance periode 2018/2019.
Immawan (sebutan akrab kader IMM laki-laki) kelahiran Balikpapan ini, sangat terharu ketika namanya dibacakan sebagai ketua umum dalam sah satu putaran pemilihan. Ia sama sekali tak menyangka betapa besar harapan dan kepercayaan kader-kader IMM Renaissance kepadanya. Saat serah terima jabatan pun ia tak kuasa menahan air mata kebahagiaan tersebut.
Rio Andhika menjadi kader IMM Renaissance sejak tahun 2015. Saat itu ia tengah duduk di bangku semester dua. Ia tak malu dianggap terlambat untuk berproses di IMM. Semangat mencari tempat berproses yang pas adalah perjalanan panjang tersendiri baginya. Sebelumnya ia pernah tergabung dibeberapa unit kegiatan mahasiswa (UKM) dan organisasi intra Ilmu Kesejahteraan Sosial.
Debat Panjang Saat Mengikuti Kajian Pertama di IMM
Pertama kali mengikuti kajian rutin terkait keorganisasian di IMM, pria yang gemar sekali berolahraga ini terlibat perdebatan panjang dengan peserta kajian lainnya. Saat itu ia mengaku masih sangat egois mempertahankan pendapatnya. Lambat laun dan dengan berjalannya waktu, ia mulai menghargai dan mencintai perbedaan yang terjadi dalam forum apapun. Nyatanya, perbedaan pendapat itu adalah sebuah kenikmatan dalam berorganisasi.
Sempat Mendaftarkan Diri ke Organisasi Mahasiswa Islam Selain IMM
Pria yang mengambil jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial ini pernah mendaftarkan dirinya ke organisasi mahasiswa islam selain IMM. Namun ia tak melanjutkan hingga diklat karena merasa kurang pas di hati. Ia mengaku belum mengenal IMM kala itu. Berbekal rasa ingin mengikuti organisasi gerakan mahasiswa, Rio terus mencari organisasi yang menurutnya pantas menjadi tempatnya berproses.
Dalam masa pencarian tersebut, Rio kemudian bertemu dengan Ade Chandra Sutrisna yang tak lain adalah kader IMM Renaissance. Kebetulan Chandra dan Rio bersebelahan kamar dalam satu rumah kos. Terjadilah diskusi panjang antara Rio dan Chandra terkait IMM. Tergeraklah hati pribadi sembilan bersaudara ini untuk berproses di IMM. Ia kemudian berkunjung ke stand IMM dan mendaftarkan diri. Hingga hari ini, ia konsisten berproses di IMM Renaissance.
Dipanggil Rio atau Sering Dipanggil Kapten
Rio Andhika atau biasa teman sebayanya memanggil Rio. Beda lagi bilamana ia berada di komisariat, ia lebih akrab disapa dengan Kapten. Alasan dibalik dipanggilnya Rio dengan julukan Kapten yakni saat pertama kali menjadi instruktur. Saat itu, Mohammad Rozaqi (Kojek) sebagai Ketua Bidang Kader periode 2016/2017 menunjuknya sebagai Master of Training (MoT). Kojek kemudian memanggil Rio dengan sapaan “Kapten” yang tak lain memiliki makna pemimpin. Rio sendiri tak keberatan dengan panggilan ini, karena baginya itu sebuah doa dan harapan komisariat agar selalu menjadi pemimpin perubahan dimana pun ia berada.
Proses Adalah Kunci Utama Dalam Belajar
Tak ada hasil yang tak melewati proses, begitu pun yang dijalani pria yang gemar membagi ilmu melalui diskusi. Ia bersabar dalam membaca dan berpraktek selama hampir tiga tahun untuk benar-benar memperoleh segala hal baik dalam berorganisasi.
“Berproses di Renaissance, saya tak hanya belajar meningkatkan keintelektualan saja. Namun kami harus belajar bagaimana memahami kondisi sosial sekitar, memahami gerakan, kemediaan dalam berbagai perspektif teosentris hingga antroposentris. Intinya proses itu adalah masa yang wajib dijalani dengan istiqomah,” jelas Immawan (sebutan kader IMM) kelahiran 1996 tersebut.
Sempat Sedih Karena Lanjut ke Struktural Pimpinan Sendirian
Ketua Umum yang gemar membaca dan mengajar ini sempat merasa sedih karena ia sendiri yang menyatakan lanjut di struktural kepemimpinan. Teman-teman kolektif angkatan akademik 2014 tak ada lagi yang lanjut. Ia sempat bingung dan bimbang untuk melanjutkan diri di struktural organisasi.
Keraguan itu sirna ketika kawan kolektif akademik 2014 berkomitmen membantu dari luar struktural dan melihat kader angkatan akademik 2015, 2016 hingga 2017 semangat memperbaiki praktek berorganisasi.
Selalu Melibatkan Orang Tua Dalam Menentukan Langkah Hidup
Dalam memutuskan segala sesuatu, kader yang pernah berproses di bidang organisasi selama dua tahun ini selalu meminta izin kepada orang tua. Sama halnya saat ia hendak mencalonkan diri sebagai ketua formatur. Baginya, izin dan restu kedua orang tua adalah segalanya dalam hidup ini. Tak ada yang baik kecuali segala hal itu direstui orang tua.
Seringkali Dianggap Emosian Namun Tak Jarang Juga Dianggap Tegas
Bagi kader IMM Renaissance, melihat kedisiplinan Rio Andhika dalam belajar dan berpraktek memang pantas untuk ditiru. Tak sedikit yang kadang merasa takut hingga sungkan kepada pria yang pernah mengikuti komunitas Stand Up Comedy ini.
“Aslinya saya ini ya begini (santai). Namun ketika memposisikan diri sebagai seorang organisatoris, kita perlu disiplin. Kalau nggak disiplin, pasti jalannya roda organisasi akan terganggu. Adakalanya juga saya marah semarah-marahnya. Hal itu bisa terjadi apabila saya mencoba membangun sesuatu dengan baik, namun teman-teman lainnya tidak membantu, tapi malah mencoba menghancurkannya. Dalam hal ini ialah tidak berpraktek dengan baik. Saya akan marah, karena itu namanya menciderai perjuangan,” ujarnya sambil tersenyum.
Dibalik peringainya yang tegas dan disiplin, tak banyak yang tahu kalau Rio pernah mengikuti Komunitas Stand Up Comedy selama beberapa tahun.“Iya! Serius! Hehehe.. Saya pernah ikut komunitas stand-up. Tapi, karena memang ingin fokus ke organisasi gerakan mahasiswa, ya sudah saya mulai meninggalkan panggung stand-up,” terangnya sambil melepas tawa.
Rio Andhika punya pekerjaan rumah besar menahkodai segala perbaikan kekurangan pada kepemimpinan sebelumnya. Berbekal belajar dan berprakteknya selama tiga tahun ia yakin dapat membawa IMM Renaissance lebih baik lagi satu periode mendatang. Selamat memimpin Rio Andhika! Lantang Bicara Berani Aksi dan Bertanggung Jawab!
Penulis dan Editor: Mirza Bareza