Seharusnya, bulan ini menjadi bulan yang paling bahagia bagi beberapa mahasiswa tingkat akhir. Di mana beberapa kampus di Indonesia sudah merecanakan akan mnegadakan wisuda bulan ini. Termasuk salah satu kampus negeri yang ada di Mataram, di mana pada tanggal 26 Maret nanti seharusnya menjadi hari yang bahagia bagi dua sahabatku. Namun akibat dari merebaknya virus Covid-19, keduanya harus pasrah menerima keputusan kampus untuk menunda wisuda mereka.
Sebenarnya, bukan mereka saja yang harus menunggu kapan acara sakral bagi mahasiswa itu dilaksanakan. Beberapa kampus di Malang pun harus menundanya. Hal tersebut dilakukan agar virus imporan China tersebut tidak menyebar luas. Tapi bukan hanya itu saja loh, semua orang sedih melihat keadaan Indonesia sekarang, yang awalnya kita santuy saja mendengar Covid-19 menyerang beberapa negara di dunia, tiba-tiba kita diserang oleh virus tersebut.
Hampir di seluruh media sosial muncul berbagai status, berkomentar ala para pakar, dimana semuanya saling menyalahkan, pemerintah pun menjadi sasaran empuk bagi para netizen untuk melampiaskan kegelisahannya. Tidak salah sih, namun bagi saya itu terlalu berlebihan, sampai-sampai ada yang mencaci bahkan sampai membuli presiden. Ah kok kita jadi kayak anak kecil aja ya?
Semua itu dilakukan mungkin karena mereka kecewa kepada pemerintah atas menyebarnya Covid-19 di Indonesia. Tapi kalau menyalahkan jangan berlebihan juga, bisa-bisa pemerintah stress menghadapi Covid-19 dan bulian para netizen. Sebenarnya saya juga pusing mendengar Covid-19. Dimana-mana ngomongin Covid-19, buka Instagram ada Covid-19, bukan Facebook ada Covid-19. Eh tapi jangan salah, Covid-19 ternyata virus yang mematikan loh, lebih sadis dibanding dengan putus cinta.
Covid-19 juga membuat mahasiswa menjadi pusing loh, kok bisa sih? Iyalah, sejak ditetapkanya kuliah daring (berbasis online), banyak mahasiswa yang curhat di media sosial, ada beberapa kalimat yang saya ingat, misalnya “Kok tugasnya banyak sih”, “eh kuliah daring kok banyak tugas”, “ini kuliah online apa tugas sih?”. Sampai yang paling parah ada yang membuat video keluhannya, kurang lebih dia menyampaikan keluhannya terhadap dosen yang salah kaprah dengan arti kuliah daring.
Hari berganti, angin tetap berhembus, cuaca berubah daun-daun tetap tumbuh, Covid-19 semakin menyebar, hatiku pun semakin gelisah. Eh kok jadi nyanyi sih? Mungkin itu yang bisa mewakili perasaan kita saat ini.
Bagi anak perantau seperti saya saat inilah rasa rindu sama keluarga datang, sedikit lebay sih tapi kenyataannya seperti itu kok. Tapi hal tersebut juga dirasakan mahasiswa lain yang senasib seperti saya kok, hampir tiap hari ada aja teman-teman yang menanyakan , “ndak balik kah?”, “ ayo pulang kampung?”. Sedih mendengar pertanyaan itu, apalagi kalau datang pertanyaan dari orang tua, “Malang masuk zona merah ya?”, “kamu ndak balik saja?”.
Rasa ingin berkumpul bersama mereka disituasi seperti ini semakin terasa saat sendiri di kos atau saat berkumpul dengan teman-teman di komisariat, iya selain dikos kadang saya juga tidur di komsat sebutan bagi kami kader IMM Renaissance FISIP. Memang rindu sih, tapi kita kan dilarang kemana-mana, apalagi pulang kampung, untung-untung kalau ndak kena virus diperjalanan.
Rindu ini masih bisa ditahan kok, selama masih ada komunikasi dengan orang tua. Mungkin mereka menaruh kegelisahan kepada anaknya di tanah rantau, emang saat ini kita harus hati-hati melakukan aktivitas yang bekontak langsung dengan orang lain, karena Covid-19 tidak bisa terlihat keberadaannya.
Ayah dan Ibu, jangan khawatir anakmu disini baik-baik saja kok. Do’akan anakmu disini agar selelau diberikan kesahatan ya, semoga tahun depan juga bisa wisuda. Anakmu disini rindu, tapi untuk kebaikan kita semua, lebih baik saya memilih stay di Malang. Semoga Covid-19 cepat berakhir, semoga Indonesia bisa pulih seperti semula. Untuk teman-teman yang sudah pulang kampung tetap jaga kesehatan ya, buat kite-kite yang masih stay di Malang semoga terhindar dari Covid-19. Untuk bidadari baruku, tetap jaga kesehatan ya. (din)
Oleh: Immawan M. Ardi Firdiansyah