Kita semua sepakat bila segala sesuatu memiliki kelebihan dan kekurangan bukan? Berarti, kita sepakat jika penjajahan juga punya sisi kelebihan atau kebaikan juga bukan? Tetapi hanya secuil kebaikan yang diberikan, yang lainnya tentunya kekurangan. Di saat semua warga Indonesia membenci penjajahan, kita juga harus memberikan apresiasi kepada mereka karena kebodohan dan keteledorannya dalam meremehkan gerakan dan organisasi yang semula terlihat kecil hingga perkembangannya mampu menendang bokong mereka dari tanah air ini.
Belanda merupakan salah satu penjajah terlama yang mendiami Nusantara dan tentunya banyak pengaruh yang dilahirkan. Mulai dari tanam paksa hingga politik balas budi. Pada masa pra berdirinya Muhammadiyah, kolonialisasi menjadi faktor yang akan melahirkan sebuah gerakan sosial-keagamaan yang darinya, melahirkan tokoh-tokoh berpengaruh bagi negeri ini. Penjajahan yang terjadi saat itu, bermula dari kepentingan ekonomi berupa perdagangan lalu menimbulkan hawa nafsu untuk menguasai seluruh isinya.
Lebih dari itu, Penjajah mencoba untuk menyebarluaskan pengaruh kekuasaan, kristenisasi, dan kekayaan yang mereka perjuangkan, semua itu berdampak kepada kondisi sosial masyarakat Indonesia yang mengenaskan. Penjajahan menggerogoti habis masyarakat dengan membawa sistem yang menindas.
Pada abad yang sama dengan masa penjajahan tersebut, tepat di tahun 1868 lahir seorang manusia yang dikemudian hari menjadi seorang “ulama unik” yang menghadirkan gagasan pembaharuan tentang konsep dakwah Islam. Ia bernama Muhammad Darwisy. Pemikirannya kritis terhadap kondisi sosial sekitar yang terjadi. Ia bertanya-bertanya “Bagaimanakah ajaran Islam yang sebenar-benarnya?” ia merasa Islam hadir dan banyak dipelajari masyarakat sekitar namun, kemiskinan dan kebodohan masih merajalela. Apakah Islam membiarkan kondisi ini terjadi atau ada yang salah dengan praktik dalam berislam? atas kontemplasi Darwisy itulah, gerakan yang memerdekakan umat tersebut muncul yaitu Muhammadiyah.
Selain berterima kasih kepada beliau, kita juga harus sedikit memberikan rasa terima kasih kita kepada Pemerintah Hindia – Belanda karena dengan “sedikit kebaikannya” memberikan izin Muhammadiyah untuk berdiri dan hadir.
Saat Belanda Mengizinkan Berdirinya Muhammadiyah
Muhammadiyah berdiri di masa kolonialisasi berjaya, namun masih banyak misteri mengapa pemerintah Hindia-Belanda memberikan izin berdirinya Muhammadiyah. Yang pasti, hal ini menjadi teka teki yang perlu diselidiki. Reaksi terhadap gerakan Muhammadiyah banyak direspon oleh kaum tradisionalis, nasionalis, bahkan Pemerintah Hindia-Belanda.
Pemerintah Hindia-Belanda mengizinkan Muhammadiyah berdiri melalui Surat Keputusan Pemerintah Kolonial Belanda Nomor : 81, pada 22 Agustus 1914. Permohonan diserahkan pada tanggal 18 November 1912 dan secara resmi disahkan pada Desember 1912.
Keputusan tersebut sangat kontroversial mengingat tujuan kolonialisasi adalah menghambat tersebarnya Islam justru mengizinkan berdirinya sebuah gerakan Islam. Namun, ada dua kemungkinan, antara strategi penjajah untuk mendapat simpati dan mengurangi reaksi umat islam terhadap pemerintah kolonial atau mereka menganggap bahwa gerakan tersebut adalah gerakan Islam yang dianggap tidak memiliki kekuatan. Sikap pemerintah Hindia-Belanda dikenal dengan sebutan bermuka dua.
Sikap pemerintah Hindia-Belanda dalam proses legalitas Muhammadiyah sebagai organisasi yang sah dianggap menjadi blunder bagi penjajah dan memberikan angin segar pada Muhammdiyah. Asumsi awal pemerintah Hindia-Belanda menganggap bahwa gerakan ini adalah gerakan Islam yang biasa saja, tidak memiliki visi yang jelas, konservatif dan terlihat seperti gerakan Islam yang tidak akan memberikan perlawanan terhadap penjajahan.
Alih – alih diharapkan meredup, Muhammadiyah justru membentangkan sayapnya dengan mendirikan banyak cabang di Jawa pada tahun 1920 melalui surat keputusan Pemerintah No 81. Muhammadiyah diizinkan bergerak di seluruh Kepulauan Indonesia dengan sebuah surat keputusan di tahun 1921
Dengan meluasnya perkembangan Muhammadiyah, mereka takut apabila “Masyarakat Islam yang sebenarnya” telah mempelajari Islam dengan mendalam dan progresif maka umur penjajahan tidaklah panjang, akan ada banyak pembangkangan kepada pemerintah Hindia-Belanda dan masyarakat ini sadar bahwa Islam adalah obat dari penyakit tersebut. Maka, strategi dari Belanda adalah menjauhkan pemuda-pemuda dari Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan pendidikan barat yang sekuler dan terlampau modern. Strategi Dahlan ialah melakukan pembaharuan dalam bidang pendidikan. Dahlan yang berhasil mendirikan Muhammadiyah dan mendirikan berbagai macam wadah pendidikan, Muhammadiyah berhasil mencetak kader progresif dan bernaluri pejuang.
Lahirnya Tokoh-Tokoh Besar Kebangsaaan Muhammadiyah
Muhammadiyah di dalam drama kelahiran bangsa memiliki peran yang cukup vital. Tokoh-tokoh Muhammadiyah banyak memberikan kontribusi dalam sejarah memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan. Hal ini juga menjadi salah satu “sedikit kebaikan” kolonial yang memberikan pengakuan kepada Muhammadiyah untuk berdiri meskipun gerak-geriknya tetap dibatasi. Penjajah yang memiliki andil untuk mengizinkan Muhammadiyah berdiri justru berkontribusi memperlancar gerakan ini agar mencetak kader-kadernya dalam berjuang melawan kolonialisasi hingga diberikan gelar pahlawan.
K.H. Ahmad Dahlan memberikan sumbangsih terhadap bangsa, khususnya umat muslim. Bukan hanya terletak pada organisasi Muhammadiyah yang didirikannya, beliau juga mampu meluruskan sekaligus memberikan pencerahan kepada umat muslim dalam meluruskan aqidah Tauhid, mencerahkan umat bahwa hubungan manusia kepada Allah SWT dilakukan secara langsung tanpa perantara, meluruskan cara-cara beribadat sesuai yang diperintahkan Rasulullah SAW, dan meluruskan mu’amalah.
Selain beliau, istrinya, Nyai Walidah juga berperan dalam mendampingi K.H. Ahmad Dahlan dengan setia dan beliau mempelopori pemberdayaan perempuan-perempuan lewat pengajian-pengajiannya dan memperjuangkan kesetaraan perempuan melalui Aisyiyah yang merupakan organisasi perempuan paling dinamis di lingkungan dunia Islam.
Selanjutnya ada Kyai Haji Fachruddin, tokoh ini mendirikan Percetakan Muhammadiyah sebagai sarana komunikasi dan pendidikan umat muslim. Peran Kyai Haji Fachruddin di Muhammadiyah sangat menarik dianalisa karena ia membagi tugasnya bersama K.H. Ibrahim yang berfokus bertanggung jawab mengelola internal dan beliau bertanggung jawab pada urusan eksternal Muhammadiyah. K.H. Fachruddin ditetapkan sebagai pahlawan pergerakan nasional melalui SK presiden RI No.162/Tahun 1964, karena perjuangannya menentang ordonansi guru tahun 1925.
Beralih pada tokoh hebat Muhammadiyah selanjutnya ada pada sosok K.H. Mas Mansur. Perannya bukan hanya sekedar mengembangkan dakwah saja, melainkan juga membuat Muhammadiyah sangat terpandang tinggi di mata berbagai kaum muslimin, nasionalis sekuler maupun pemerintah kolonial. Beliau adalah inisiator dalam pembentukan MIAI sebagai wadah pemersatu organisasi-organisasi islam. Mas Mansur juga diangkat sebagai salah satu empat tokoh serangkai pada masa pendudukan Jepang bersama Soekarno, Mohammad Hatta, dan Ki Hajar Dewantara. Seperti itulah peran dari sosok Mas Mansur yang dikenal sebagai sosok yang produktif menulis salah satu karyanya yang kita kenal ialah 12 Tafsir Langkah Muhammadiyah.
Tokoh selanjutnya mungkin tidak asing di telinga pelajar ataupun mahasiswa karena perannya yang sentral dalam membela kemerdekaan, beliau ialah Jenderal Sudirman. Dia adalah kader Muhammadiyah dan terbukti karena selama perjalanan karirnya, ia aktif sebagai ketua Hizbul Wathan, ketua Pemuda Muhammadiyah di Cilacap, juga guru Muhammadiyah di HIS Muhammadiyah Cilacap hingga mencapai posisi sebagai Kepala Sekolah. Adapun kontribusinya terhadap bangsa dimulai dari masuknya Sudirman ke dalam PETA dan berjasa dalam pembentukan tentara nasional.
Selain tokoh-tokoh diatas, sebenarnya masih ada kader-kader Muhammadiyah lainnya yang juga dikenal sebagai pahlawan dan menginspirasi bangsa, sebut saja Ir. Soekarno, Ki Bagus Hadikusumo, Abdul Kahar Muzakkir, Fatmawati (Istri Soekarno), Kasman Singodimedjo, dan masih banyak kader lainnya.
Dari kader-kader Muhammadiyah yang disebutkan diatas, mereka lahir dengan gagasan briliannya dan terwadahi dengan organisasi ini. Terlepas dari keresahan masing – masing individu yang risih dengan kolonialisme, berdirinya Muhammadiyah pun menampung dan mengumpulkan tokoh-tokoh tersebut dalam topeng organisasi keagamaan yang bermental menghapus kolonialisme sesuai dengan kepribadian Muhammadiyah yang merupakan gerakan amar ma’ruf nahi munkar.
Dalam rangka memperingati Milad Muhammadiyah yang ke-108, sudah menjadi sebuah keharusan bagi warganya untuk merefleksikan kembali spirit perjuangan melalui sejarah untuk menciptakan kader-kader yang memiliki mental baja layaknya para tokoh-tokoh inspiratif diatas yang berhasil melakukan perjuangan dakwahnya dengan berjuang dengan otot ataupun otak untuk memerdekakan dan mempertahankan Muhmmadiyah. (din)
Oleh : Immawan Zainul Fikri (Ketua Bidang TKK)