Tanpa disadari saat ini kita hidup dalam keadaan yang serba enak dan nyaman. Sedari bangun tidur saja sebuah kenyamanan bisa kita nikmati dari kasur yang digunakan, alarm yang membangunkan di setiap pagi. Tidak jauh dari pintu rumah sudah langsung dihadapkan dengan jalan raya yang sudah dilapisi dengan aspal untuk memperlancar transportasi tanpa perlu terperosok karena lumpur saat musim hujan atau tersendat karena bebatuan yang terjal. Lengkap diatas jalan raya tidak pernah berhenti lalu lalang bermacam kendaraan yang sangat memudahkan saat bepergian atau mengangkut barang, tanpa perlu memikirkan tenaga yang harus dikeluarkan untuk jalan kaki bila mau bepergian jauh.
Benar-benar enak bukan jika dibandingkan saat zaman Rasul yang harus hijrah dengan jalan kaki yang menghabiskan banyak tenaga, apalagi di bawah terik matahari dari Mekah ke Madinah, saat ini kita sudah dimudahkan dengan mobil atau motor yang mudah dikendarai. Selain itu banyak pula kemudahan-kemudahan baru dengan gawai yang setiap hari kita genggam dan begitu mudah mengakses banyak informasi, seolah dunia hanya dalam segenggam tangan.
Kemudahan-kemudahan dan kemajuan teknologi ini tentu tidak muncul secara tiba-tiba, banyak proses yang dilalui. Banyak peristiwa yang merupakan lompatan peningkatan kepentingan hidup manusia, seperti ditemukannya mesin cetak oleh Johann Gutenberg. Ia menyempurnakan dari penemuan huruf cetak yang sudah ditemukan sebelumnya di China, namun tidak efektif dan membutuhkan waktu lama untuk cetak skala besar. Gutenberg membuat penyempurnaan dengan membuat mesin cetak yang berjalan otomatis pada tahun 1450 dan terbukti efektif dalam produksi skala besar
Penemuan besar ini sangat berpengaruh sehingga membuat dataran Eropa melesat maju dibandingkan China. Hal ini karena dari mesin cetak bisa banyak buku di produksi dan baca banyak orang dengan cepat serta arus informasi mulai mudah diakses dengan bentuk surat kabar cetak.
Perkembangan bisa terjadi tidak lain karena manusia memiliki akal budi yang membedakan dari makhluk hidup lain. Menurut Sutan Takdir Alisjahbana dengan akal budi manusia mampu menciptakan, mengkreasikan, memperlakukan, memperbarui, memperbaiki, mengembangkan, dan meningkatkan sesuatu yang ada untuk kepentingan hidup manusia.
Namun bagi saya selain tokoh-tokoh dan peristiwa yang disebutkan diatas, justru jauh sejak tahun 600 SM merupakan akar dari segala kemajuan saat ini. Dimana akar kemajuan diawali dari penggunaan akal budi dari dunia Grik yang saya sangat mengagumi orang-orang Grik dengan Mazhab Milesiannya. Grik merupakan kota di Semenanjung Balkan yang saat ini telah menjadi Eropa bagian tenggara yang dahulu masih dalam bagian dari Yunani kuno.
Di sana banyak pujangga dan pemikir yang hebat. Orang Grik tidak punya ilmu spesial melainkan universal semuanya dipelajari. Mereka menggunakan akal budi dengan maksimal hanya bermodalkan bertanya dan bertanya meninjau dari “apa itu”, “apa sebabnya”, “bagaimana”, “dari mana” dan “ke mana” sehingga muncul tesis-tesis yang baru.
Dunia Grik awalnya diselimuti dengan takhayul hasil fantasi pendahulu yang tidak berdasar, mereka beranggapan dunia ini dikelilingi dewa-dewa kemudian muncul tokoh dari Grik mulai mempertanyakan kebenaran fantasi tersebut dan memikirkan asal usul dunia tokoh pertama ialah Thales apakah benar dunia ini bersama para dewa. Dari hasil perjalanan ke Mesir dan Babilonia yang melihat lautan luas, Sungai Nil dan Sungai Efrat yang menjadi sumber penghidupan makhluk hidup Thales kemudian membuat kesimpulan baru bahwa dunia ini sebenarnya berasal dari air.
Pernyataan tersebut kemudian dipertanyakan lagi dan dibantah oleh muridnya bernama Anaximandros (610 – 547) mengemukakan yang menjadi dasar kehidupan adalah Apeiron yang tidak dapat dirupakan dan tidak terbatas yang akhirnya menciptakan bumi. Pendapat ini tidak diterima begitu saja oleh Anaximenes (585 – 528) ia berpikir lebih maju dengan mempertanyakan “gerak apakah yang menjadi sebab terjadinya alam lahir dengan banyak ragam?” oleh karenanya gerak udara lah yang menjadi alam lahir karena udara juga tidak terbatas dan ketika udara jarang akan menjadi api, ketika padat akan terjadi hujan.
Tidak hanya berhenti di Milesian, pemikiran mereka juga sampai ke Ephesos yang disambut oleh herakleitos yang justru muncul pandangan baru bahwa api yang yang menjadi dasar karena api selalu merubah apa yang dibakar dan sebenarnya segala sesuatunya dalam keadaan yang berubah karena itu Heraklitos mulai menitikberatkan pada logos yang kekal.
Hal itu yang menjadi awal perkembangan dunia saat ini. Tiga orang Grik diatas mereka yang merantau ke Kota Miletos karena Grik yang tanahnya gersang dan sulit mencari makan, mereka cenderung memikirkan dan mempertanyakan asal usul dunia atau kosmologi hal ini menjadi ciri Mazhab Milesian begitu saya kagumi karena apa yang mereka lakukan dengan cara bertanya akan jadi sandaran apa yang disebut filsafat saat ini.
Temuan-temuan dari cara mempertanyakan tersebut terus dipertanyakan kembali sampai muncul cabang ilmu yang banyak seperti psikologi, matematika, astronomi, fisika dan banyak lainnya cabang ilmu ini menjadi dasar dalam penemuan-penemuan baru yang dipakai pada teknologi saat ini. Karena itu bagi saya dari orang Grik yang menempati meletos ini begitu hebatnya sampai berguna hingga
Bayangkan saja jika kita hidup di dunia sekarang dan menggunakan pola pikir orang Grik dengan cara mempertanyakan segala sesuatu yang ada mungkin kita akan berlomba-lomba mencari dan terus mencari maka kita tidak akan mudah menerima dan terbiasa mengobjektifkan apa yang didapat. Misalnya dalam dunia mahasiswa bisa kita pertanyakan kenapa kita selalu dibebani banyak tugas, ada sistem SKS dan semester atau sekedar kenapa makanan pokok orang Indonesia adalah beras mungkin juga akan menemukan pandangan baru bagaimana seharusnya yang kita lakukan.
Maulana Isro' Abdullah Faqih Kabid Organisasi Komisariat Renaissance FISIP UMM Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang