Oleh:
Imm. Dimas Ilhamsyah Sabil*
Realitas keumatan hari ini sedang diterka berbagai macam permasalahan yang tidak ada habisnya. Kesenjangan dan ketimpangan sosial yang masih ada dan jelas di depan mata seolah menjadi momok yang sulit diselesaikan. Ditambah lagi dengan persoalan kepanikan menuju Pilkada serentak membuat bertambahnya persoalan pelik di negeri tercinta kita ini.
Tentu, hal ini menjadi bahan renungan wajib sekaligus refleksi kita sebagai generasi muda yang peka terhadap kondisi sosial. Generasi mudalah yang harusnya bersiap menempa diri dan terus berjuang untuk membangun sendi-sendi bangsa. Tentu bangsa yang lebih kokoh dan kuat dengan tidak lupa untuk menjunjung tinggi kejujuran dan ketulusan dalam membangun negeri. Peran pemuda hakikatnya harus mampu menyaring perilaku yang dapat merugikan kehidupan masyarakat. Seperti itulah kira-kira menjadi kaum intelektual muda yang menjadi tumpuan harapan bangsa Indonesia ke depan agar lebih baik.
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah atau lebih akrab dikenal dengan IMM lahir langsung dari rahim Muhammadiyah pada 29 Syawal 1384 Hijriah atau 14 Maret 1964 Masehi. Organisasi ini didirikan oleh Moh. Djazman Al-Kindi sebagai ketua pertama IMM atas restu H. A. Badawi yang saat itu menjabat sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pada dasarnya IMM didirikan atas dua faktor integral, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal karena kondisi dari Muhammadiyah sendiri, sedangkan faktor eksternal sebagai respon menjawab persoalan-persoalan keumatan bangsa Indonesia pada umumnya.
Berawal dari proses kaderisasi mahasiswa pada tingkatan grassroot yang tak lain adalah komisariat. IMM hadir ditengah-tengah masyarakat dengan menghadapi berbagai macam persoalan kebangsaan. IMM sebagai salah satu organisasi otonom (Ortom) Persyarikatan Muhammadiyah sekaligus sebagai organisasi pergerakan mahasiswa hingga hari ini masih membuktikan eksistensinya. Hal ini dibuktikan dengan aktifnya IMM dalam mencetak kader-kader yang menjadi pioneer, cerdas dan bermoral guna menciptakan perubahan untuk bangsa ini. Oleh karenanya, pemuda memiliki tugas dan tanggung jawab yang besar untuk mengembalikan kondisi bangsa tak terkecuali IMM. Hari ini IMM tidak hanya berhadapan dengan sebuah rezim yang tidak berpihak terhadap rakyat tertindas, namun akan berhadapan dengan berita dan informasi “hoax” yang dapat memecah belah umat.
Kondisi berbangsa dan bernegara saat ini cukup meresahkan semua komponen. Contoh konkrit yang terjadi masih besarnya ketimpangan ekonomi yang dikendalikan oleh segelintir orang saja, serta hukum yang masih tumpang tindih serta masih tidak memihak pada rakyat kecil. Ahlak sebagian pemimpin hari ini bisa dikatakan bobrok dan jiwa kepemimpinan yang kehilangan karakter profetik. Atas itu semua akan melahirkan rezim yang kuat akan menindas orang-orang lemah karena negara acuh atas apa yang menimpa rakyat. Situasi seperti ini harus direspon cepat oleh kader-kader IMM sebagai bentuk perlawanan nyata. Segala bentuk ketidak adilan, kesewenang-wenangan dan kemungkaran adalah lawan IMM!
Sesuai dengan firman Allah di surah Ali Imron ayat 104 yang artinya : “Dan hendaklah diantara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang munkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung”.
Sebagai salah satu organisasi besar, IMM jelas memiliki tujuan geraknya yang dirumuskan dalam Anggaran Dasar (AD) IMM, yaitu “Mengusahakan terbentuknya akademisi Islam yang berahlak mulia dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah”. Konseptualisasi tujuan gerakan ini senantiasa harus dipegang teguh setiap kader sehingga usaha dalam prosesnya senantiasa menuju visi IMM. Setiap kader wajib menanamkan dan memiliki kerangka berpikir ilmu amaliyah dan amal ilmiah sesuai dengan kepribadian Muhammadiyah.
Kader IMM harus peka terhadap isu-isu sekaligus mampu memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapi oleh masyarakat, bangsa dan negara. Berbagai peristiwa-peristiwa masa lalu perlu menjadi bahan refleksi dan tentu dijadikan evaluasi untuk memperbaharui gerak langkah. Kesatuan teori praktik harus diselaraskan agar IMM tidak terjebak hanya dalam cita-cita dan awang-awang.
Setengah abad lebih berlalu usia IMM bukanlah waktu yang singkat untuk benar-benar menghayati dan memahami arah gerak dan perjuangan IMM. Pasang surut gerakan menghadapi problematika dan lika-liku sudah dialami berkali-kali hingga mampu bertahan hingga saat ini. Dengan bermodal Tri Kompetensi Dasar (TKD) yakni Religiusitas, Intelektualitas, dan Humantitas setiap kader IMM berproses bersama untuk mampu menyelaraskan antara ilmu dan akidahnya. 54 tahun refleksi perjalanan IMM, penguatan internal dan eksternal masih terus dilakukan sebagai salah satu upaya menjaga eksistensi atas tanggung jawab yang diemban bersama. Sebagai penerus bangsa, kader IMM harus sebisa mungkin menghilangkan nalar pragmatis dan sifat oportunis yang dewasa ini menjangkit pikiran mayoritas pemuda.
Akhir kata, di usia ke 54 tahun, semoga IMM menjadi lokomotif perubahan bangsa serta menjadi organisasi yang selalu mengawal langkah bangsa dan negara demi terciptanya kesejahteraan ummat yang lebih baik. Bersatulah ikatanku, bersatulah IMM-ku.
Immawan Dimas Ilhamsyah Sabil adalah Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional (HI) Univeritas Muhammadiyah Malang (UMM) angkatan 2016. Immawan satu ini begitu senang dengan segala hal terkait dengan perkeretaapian.